Aku cuma bisa diam, diam menatap keheningan yang akhirnya tampak jelas.
Kulihat ia seperti berkata - kata, sesuatu yang sulit kubaca dari bibirnya.
Sepertinya "A", tapi ia mengatupkan mulutnya, sepertinya "S", tapi tak kudengar desisannya.
Aku terus menatapnya, ia seperti berbisik dengan suara yang sangat jelas ke telingaku, katanya, "48".
Tanpa sempat kuartikan bisikannya, ia segera memecahkan dirinya lewat langkah berderap.
Langkah berderap tak berjejak seakan mendekatiku, semakin dekat. Semakin dekat. Kurasakan desir angin mulai setara desir darahku, ia makin mendekat.
Hingga akhirnya kulihat pintu terbuka dihadapanku, gelak tawa gembira seakan memanggil namaku.
"Aku belum siap", kataku sambil kumundurkan langkahku, segera berlari..
"Bahagiaku belum sampai, mereka masih menungguku", sambil terus berlari..
Berlari terus, sambil membayangkan kebahagiaan menungguku disana. Tanpa jemu. Sampai aku terjatuh ditengahnya, dan aku sadar "48" ku telah lewat. Hanya untuk berlari..
Penantian dan pencarianku yang cuma diakhiri dengan berlari, dari semua yang mendatangiku...
Thursday, October 27, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
The Suffering Self and The Desires of Our Hearts : What It Takes to Give Ourselves Up and Getting It Back
“What makes you, you?” That’s the question I come across tonight, in the eve of the New Year’s Eve. Considering the passing year have been ...
-
we are different, i know that.. we are far far apart, and i don't mean.. we are connected, and no one ever breaks our bond. true love wa...
-
blogpost for today.. i just realized, what life would be without smile? would it be good or bad? happy or sad? okay let's talk about thi...
-
Tomorrow, we will face the national election round one, that will assign our representatives on the parliament.. it'll be held in the pa...
No comments:
Post a Comment