Saturday, October 1, 2011

Going Concern

Setelah hampir satu minggu pikiran saya terus saja diintervensi bayang - bayangnya, sekarang saya mau mencoba untuk sedikit melepas beban yang semakin berat menggantung di bahu ini. Bukan beban yang jelas - jelas buruk, tapi harapan kosong.


Mungkin hanya pikiran saya saja yang terus - terusan negatif, atau sepenuhnya benar, saya tidak tahu. Rasanya seperti dijanjikan sesuatu (tidak secara harafiah), lalu ditinggalkan begitu saja. Ironis bukan? Tergantung, apakah janji - janji itu memakan hampir seminggu penuh untuk direalisasikan dalam asumsi saya, atau hanya saya yang terlalu ngarep, dan bahkan tidak ada apa - apa seminggu kemarin.


Sejujurnya, saya agak tidak enak hati menulis ini. Takut - takut apa yang saya katakan disini mengacaukan segalanya yang sepertinya baik - baik saja, merusak proses ngarep  saya dengan menghilangkan objeknya dari jangkauan saya. Entahlah, tapi saya merasa perlu mengeluarkan ini dari kepala saya. For my own good.


Pertimbangan dan batasan yang dibuat ini malah akan mengaburkan kaidah cinta yang seutuhnya. Kata - kata ini akan saya jabarkan lagi secara lebih dalam dengan adanya contoh yang terlibat. Sebut saja, seorang wanita yang cantik, menarik, dan memiliki segalanya yang ia perlukan untuk menarik para pria. Ia sungguh memesona seluruh mata disekelilingnya, sambil melempar harapan - harapan bagi pria - pria disana. Ia ada dalam posisi yang baik, dimana ada rasa aman di hatinya bahwa ia tidak akan kesulitan mencari pasangan.


Namun permasalahannya, ia tidak pernah tahu, seperti apa yang ia inginkan. Sementara dalam kebingungannya itu, ia terus saja melemparkan harapan demi harapan pada pria - pria lain sekaligus menyamarkan kegelisahan dalam hatinya. Hal itu memang membuatnya bahagia, saat pria - pria yang menangkap harapan itu mulai menunjukkan yang terbaik yang mereka bisa, membuatnya seakan ratu sejagat, yang tanpa mereka tahu, tidak ada seorangpun dari mereka yang punya kesempatan.


Saat ia masih menikmati kesenangannya mempermainkan pria - pria tadi, ada beberapa dari mereka yang mulai menyadari, ternyata harapan yang mereka tangkap itu sebenarnya tiada. Hanya tipuan kosmik yang seakan tampak nyata. Dan bagi mereka yang sadar, mereka akan mundur perlahan sambil menyesali betapa bodohnya mereka telah salah duga. Dan tentu saja itu akan menyebar, dan serentak mereka akan mundur.


Tinggallah ia sendirian, yang kenyamanannya tiba - tiba direnggut. Tanpa sisa.


Ya, kira - kira itulah yang terlintas di kepala saya saat ini. Dan tolong, demi apapun jangan sampai hal itu terjadi. Saya merasa saya bukan hanya seperti pria - pria tadi, saya juga sahabatnya. Yang sedikit banyak peduli dengannya.


Maafkan atas ke-kepo-an dan ke-soktahu-an ini. Cuma mengungkapkan apa yang saya pikirkan :)

No comments:

The Suffering Self and The Desires of Our Hearts : What It Takes to Give Ourselves Up and Getting It Back

 “What makes you, you?” That’s the question I come across tonight, in the eve of the New Year’s Eve. Considering the passing year have been ...