Beberapa hari kebelakang saya banyak disibukkan dengan memilah - milah. Pilih kamera apa? Kenapa pilih itu? Kalo dibandingkan sama yang lain gimana? Banyak sekali.
Kemarin, dalam perjalanan ke kampus, tiba - tiba Papa saya menawarkan kamera baru. Wah, asyik sekali! Akhirnya setelah 2 tahun lebih berjuang dengan 1000D, saya berkesempatan ganti kamera baru yang lebih canggih. Hmm, pilihan saya langsung jatuh pada 7D, dengan pertimbangan 5D Mark 2, dan 60D. Sebenarnya buat kalian - kalian yang mungkin ngerti kamera, ini bukan pilihan sulit. Pasti 5D Mark 2 lah ya, harga gak pernah bohong.
Juga, buat sebagian orang bakal senang bukan kepalang dapat kesempatan seperti ini, beli kamera baru! Akhirnya naik kelas juga! Atau apalah yang masuk di akal. Hmm, saya juga sebenarnya senang sekali dapat kesempatan ini, bagaimana permintaan yang sudah diproposalkan 6 bulan yang lalu akhirnya bakal dipenuhi. Satu - satunya keresahan saya, saya bingung pilih yang mana.
Di satu sisi, saya tidak terlalu menginginkan format fullframe, tapi di sisi lain, fullframe sangat sulit ditolak. Banyak sekali alternatif - alternatif yang simpang siur di kepala saya. Kamera ini tambah lensa ini, terus jual yang ini beli yang itu. Kira - kira seperti itu.
Sampai akhirnya saya pun memutuskan, selalu ada rasa kurang yakin terhadap pilihan saya itu. Padahal setelah ditimbang - timbang, alternatif yang saya pilih adalah yang paling menguntungkan. Mengapa? Mengapa saya masih bingung?
Sebenarnya, masalahnya bukan bagaimana saya memilih kamera, kamera apa yang saya pilih, dan mengapa saya pilih kamera itu. Saya ingin coba sedikit mengupas tentang "Pilihan". Banyak orang bilang, punya pilihan itu enak, kita bisa milih mana yang kita mau. Punya pilihan itu enak, bisa jadi siapa yang kita pilih. Bla bla bla. Pilihan, menurut pandangan saya baik jika kita punya dasar yang cukup untuk bisa memilih. Ada batasan - batasan yang kita buat sendiri dari pilihan kita itu, ada kesadaran penuh dalam menganalisis satu - persatu.
Karena saya lagi jatuh cinta, topiknya tidak bakal jauh - jauh dari cinta - cintaan pastinya :)
Cinta itu tidak bisa memilih, cinta itu dipilih. Cinta itu tidak pernah berdasarkan logika, kecuali cinta buatan seperti yang saya bahas di posting sebelumnya. Jika didengarkan baik - baik, lagu Agnes Monica yang mengusung cinta dan logika itu ada benarnya. Bagaimana bisa seseorang mengingini lawan jenis yang sudah punya pasangan kalau katanya cinta pakai logika?
Cinta tidak bisa memilih. Manusia punya pertimbangan - pertimbangan dalam memilih, batasan - batasan yang dibuatnya, apa yang benar dan apa yang salah. Pertimbangan dan batasan yang dibuat ini malah akan mengaburkan kaidah cinta yang seutuhnya. Bahwa cinta itu masalah hati. Apa yang ada dalam logikamu tidak pernah sejalan dengan hatimu. Saya merasakan itu benar sekali :)
Cinta itu dipilih, tidak bisa dipaksa. Bagaimanapun, semua sudah digariskan Tuhan, kita cuma bisa menjalaninya. Apakah kita dipilih sekarang, besok, lusa, atau entah kapan. Tanpa bisa kita tahu.
Tulisan ini berdasarkan pengamatan dan observasi selama hidup saya, jika ada kesalahan penangkapan maksud yang disengaja ataupun tidak disengaja, mohon maklum. :)
No comments:
Post a Comment