Pacaran. Satu kata singkat yang cukup satu tarikan napas ringan untuk menyebutkannya, namun sejuta emosi tercurah demi mendalaminya. Satu fase dimana perasaan sungguh memegang peranan terbesar, bahkan melangkahi kelogisan pikiran. Satu sinetron yang diharapkan terus berproduksi menyaingi "Tersanjung", melewati 5 generasi.
Cinta. Semudah itukah diungkapkan? Sesingkat tiga kata delapan huruf yang tersohor itu? Tidak tahu. Saya belum pernah merasakan itu mudah. Selalu ada pikiran tersita, emosi tercurah untuk sang dia. Tidak pernah simpel.
Buat siapapun yang melihat cinta itu mudah, bisa dipelajari, bisa direncanakan, bahkan bisa direkayasa. Tolong, itu bukan yang saya maksud. Bagaimana ada kiat - kiat ampuh mendekati wanita yang digembar - gemborkan lewat media, lewat seminar - seminar romansa. Dengan instruktur - instruktur berpengalaman bertahun - tahun dengan ribuan wanita, mereka menunjukkan bagaimana mudahnya menggaet sang dia, dengan gaya, dengan cepat, bermacam - macam.
Istilah "Bisa karena biasa", cukup masuk akal jika disematkan pada mereka - mereka ini. Entah ribuan wanita yang jatuh hati karena teknik - teknik spektakuler, gaya yang proporsional, dan semua yang serba teratur. Keteraturan yang menghancurkan, kalau saya bilang. Bagaimana bisa, membiasakan diri dengan cinta, yang katanya mudah itu, jika semuanya dilakukan dengan keteraturan penuh. Pertama - tama, kamu harus begini, lalu kamu begitu, kalau dia begini, kamu harus begitu. Jangan pernah begini, jangan pernah begitu. Seakan - akan mereka tahu semua. Tuhan kali?
Sepengalaman saya, cinta itu hampir tidak bisa saya definisikan. Kadang menyenangkan, kadang juga menyesatkan. Kala saya mulai bisa mendefinisikannya, itu langsung berubah. Mungkin saya tidak sesiap mereka alumni - alumni seminar itu yang tahu bagaimana mengontrol keadaan, bagaimana merubah keadaan canggung jadi langsung. Sungguh, saya tidak tahu itu semua. Tapi satu hal yang saya tahu, saya senang berada didekatnya, meskipun hanya hening, meski tak berpandangan, tak bersentuhan. Itulah cinta bagi saya.
Maafkan kegalauan ini, sungguh tidak tahu lagi saya kemana mesti mengadu selain kesini :)
Tuesday, September 27, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
The Suffering Self and The Desires of Our Hearts : What It Takes to Give Ourselves Up and Getting It Back
“What makes you, you?” That’s the question I come across tonight, in the eve of the New Year’s Eve. Considering the passing year have been ...
-
we are different, i know that.. we are far far apart, and i don't mean.. we are connected, and no one ever breaks our bond. true love wa...
-
blogpost for today.. i just realized, what life would be without smile? would it be good or bad? happy or sad? okay let's talk about thi...
-
Tomorrow, we will face the national election round one, that will assign our representatives on the parliament.. it'll be held in the pa...
No comments:
Post a Comment