Aksi. Satu kata empat huruf yang bisa mengubah semua persepsi dan asumsi. Menghapus semua bayangan dan menggantikannya dengan cahaya. Satu kata yang terus - menerus didengungkan, dan banyak menginspirasi segala aspek kehidupan, termasuk posting ini.
Baru tadi sore saya menemukan sebaris kata - kata yang sungguh menginspirasi saya untuk beraksi. Menulis posting ini tentunya. "It's better to light a candle than curse the darkness". Begitu bunyinya. Apa yang langsung menerpa pikiran anda ? Kegelapan, sebatang lilin, seberkas cahaya, atau malah kemarahan yang menjalari benak anda ? Tentunya memang sulit apabila kita terjebak dalam kegelapan. Seringkali jalan menjadi kabur, sulit dikenali, dan semua hal terlihat sama saja. Hitam. Kegelapan dapat membelokkan kita dalam mengejar apa yang kita tuju.
Sebatang lilin memang terlihat remeh, hanya sebatang lilin. Tidak lebih. Namun dibalik keremehannya itu ia menyimpan sejuta potensi yang pastinya akan berguna saat gelap. Ia menerangi jalan, memberi pandangan yang jelas atas sekitar kita, dan yang paling penting, ia menghangatkan.
Menyalakan lilin memang perkara mudah, hanya tinggal menggesekkan korek, lalu mendekatkannya pada sumbu lilin. Kita seringkali tidak pernah memikirkan apa resiko dari ritual penyalaan lilin tersebut, apakah nanti tiba - tiba koreknya jatuh dan apinya menjalari seluruh rumah kita, apakah korek yang kita pegang aman, adakah cacat produksi yang terlewatkan yang malah mencelakakan kita bukannya menyelamatkan ? Ini hal kecil, yang mungkin membuat anda berpikir, "Ah, mana mungkin?", atau dengan penuh keyakinan, tanpa ada pikiran apa - apa, yang penting kegelapan hilang.
Proses pengambilan keputusan dalam hidup memang jauh lebih rumit dari perumpamaan lilin dan korek ini. Ada banyak aspek yang mempengaruhi selain korek dan lilin dan perasaan kita tentunya. Banyak aspek yang dapat menghambat kita menuju suatu aksi, penuh asumsi dan persepsi negatif yang mendorong niat kita hingga tidak lagi berniat. Kerumitan yang serba canggih ini, bagi sebagian dari kita, termasuk saya, cenderung mendorong kita untuk berpikir, mencari celah untuk menyederhanakannya, dan bahkan meninggalkannya sama sekali.
Sejujurnya saya juga masih mencari jawaban atas pertanyaan ini, bagaimana seharusnya kita menyikapi hal ini. Sejak dulu, kita selalu didorong untuk berpikir saat menghadapi masalah, berharap ada pencerahan yang mendatangi kita dan melancarkan semua jalan. Namun, ketika pencerahan itu tak kunjung datang, apa yang kita harus lakukan ? Jawabannya pasti "Aksi". Apakah semudah dan sesimpel itukah kita harus memutuskan suatu perkara yang menyangkut kelangsungan hidup kita ?
No comments:
Post a Comment