Free Will
Ability to make choices without any prior
prejudice, inclination, or disposition.(R.C Sproul – Chosen by God p.51)
“and specifically that these free will choices are not ultimately
predestined by God”
Free Will menurut David Hume:
“power of acting or of not acting, according to the determination of the
will: that is, if we choose to remain at rest, we may; if we choose to move, we
also may.… This hypothetical liberty is universally allowed to belong to
everyone who is not a prisoner and in chains.”
(kebebasan memilih sesuatu, pada saat tidak ada faktor eksternal yang
mempengaruhi keputusannya)
Freedom of Actions x Free
Will
Freedom of actions berhubungan erat dengan free will yang dimiliki seseorang. Seseorang
dianggap melakukan free actions, pada
saat ia mampu untuk memiliki free will.
Orang dapat memiliki free will,
namun tidak mempunyai freedom of actions
ketika ada faktor eksternal yang mempengaruhi keadaannya. Suatu keputusan yang
diambil saat orang tidak mempunyai free
will tidak bisa disebut free actions.
Free will bukan hanya berhubungan erat dengan freedom of actions, tapi juga dengan
tingkat rasional, kreatifitas, dan martabat seseorang.
Manusia memiliki tingkat intelektualnya masing-masing, dan semuanya itu
dapat dikategorikan sebagai will. The will, atau disebut juga dengan volitional faculty, adalah keinginan
untuk mencapai yang terbaik dan bukan yang buruk, yang juga dapat menggerakkan
semua indera yang ada untuk mengambil
keputusan yang terbaik.
Aquinas tentang Volitional Faculty:
“Only an agent endowed with an intellect can act with a judgment which
is free, in so far as it apprehends the common note of goodness; from which it
can judge this or the other thing to be good. Consequently, wherever there is
intellect, there is free will” (Summa Theologiae, q. 59 a. 3).
Secara hirarki, seseorang dapat memiliki beberapa tingkatan desires and volitions. Pada tingkatan pertama yang disebut “1st order desires” akan berlanjut pada “2nd order desires” apabila ia tidak
menginginkan “1st order desires”
untuk dilakukan, begitu selanjutnya apabila ia juga tidak menginginkan “2nd order desires”-nya .
Tidak semua desires dapat
dijadikan actions. Apabila seseorang
memiliki conflicting desires, maka
akan tidak mungkin baginya to memenuhi semua desires-nya. Suatu desires
yang menjadi actions, dapat kita
sebut sebagai volitions. Volitions adalah sebuah desire yang dapat diolah menjadi suatu action. Menurut argumen ini, seseorang
dianggap memiliki free will apabila
seseorang dapat memiliki suatu will,
yang ia inginkan dan dianggap memiliki free
will apabila mampu mengubah 1st order
desire yang dimilikinya menjadi 1st
order volitions.
Free Will menurut Alkitab
(James 1:13-15 NET)
13 Let no one say when he is tempted, “I
am tempted by God,” for God cannot be tempted by evil, and he himself tempts no
one. 14 But each one is tempted
when he is lured and enticed by his own desires. 15 Then when desire
conceives, it gives birth to sin, and when sin is full grown, it gives birth to
death.
Manusia selalu membuat pilihan yang datangnya dari dalam daging, dan dosa
selalu berhubungan dengan keinginan daging. Free
will yang dimiliki manusia, dianggap sebagai dosa sebelum ia menerima Yesus
sebagai Tuhan dan juruselamatnya.
The heart, until born again, is
"deceitful above all things, and desperately sick" (Jeremiah 17:9).
God saw in man that "every intention of the thoughts of his heart was only
evil continually" (Genesis 6:5). "No one can come to me unless the
Father who sent me draws him. And I will raise him up on the last day."
(John 6:44).
Ketika seseorang telah menerima Tuhan sebagai juruselamatnya, itu bukan free will yang dimilikinya, tapi karena
Tuhan telah secara supernatural memberikan kemampuan untuk manusia dapat
percaya akan pekerjaanNya melalui Roh Kudus.
Selflessness x Free Will x
Freedom of Actions
Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa free
will adalah kemampuan seseorang untuk mengolah desires yang dimilikinya menjadi actions. Intelektualitas yang dimiliki manusia akan bisa
mendorongnya untuk membentuk volitional
faculty, yaitu keinginan untuk berbuat yang terbaik. (Amsal 2:10 - Kau akan menjadi bijaksana, dan pengetahuanmu akan
menyenangkan hatimu.) Kebijaksanaan akan timbul dalam intelektualitas kita
apabila kita semakin mendekat kepada Tuhan.
Ketika bahasa kasih telah tertanam, intelektualitas akan terbentuk didasari
oleh kasih tersebut, dan akan membentuk free
will yang akan kita produksi menjadi real
actions setiap hari. (Roma 12:10 - Hendaklah
Saudara-saudara saling mengasihi satu sama lain dengan mesra seperti
orang-orang yang bersaudara dalam satu keluarga, dan hendaknya kalian saling
mendahului memberi hormat.)
“True freedom isn’t freedom to
sin, but freedom from sin.”
No comments:
Post a Comment