Tuesday, October 7, 2008

cerpen disuru buat ama bu anas..

“Aargh.. Tolong aku!!”. Hanya teriakan itulah yang masih kuingat sampai saat ini. Setelah Jamie, saudara kembarku, pergi dari dunia ini untuk selamanya. Ia meninggal dengan tragisnya, setelah kedua tangannya putus terjerat jaring para nelayan saat kami berdua sedang asyik berenang di pesisir Blossomville yang terkenal indah itu. Kami cepat – cepat membawanya ke rumah sakit terdekat untuk mendapat pertolongan, namun, saudaraku itu kehabisan darah sehingga tidak dapat bertahan lebih lama lagi dan akhirnya ia meninggalkan kami.
Sungguh tak kusangka, saudara kembarku satu – satunya akan mengalami peristiwa tragis seperti ini. Sebelumnya, ia berkata lantang pada kami semua, “Aku akan menyelam sedalam 50 meter!! Aku pasti bisa!”. Mungkin itu adalah kata – kata terakhirnya, sebelum ia meninggalkan kami semua disini. Aku, Joy, Jerry, dan Mike hanya bisa menyesali diri kami sendiri, mengapa pada saat itu tidak ada salah satu dari kami yang turun ke laut membantu Jamie. Joy, kekasih Jamie yang baru saja merayakan hari jadi mereka, selalu terisak saat kami menyebut nama Jamie. Mungkin bagi Joy, hari ini adalah hari terburuk sepanjang hidupnya, lebih buruk daripada saat ia gagal lulus ujian akhir sekolahnya, lebih buruk daripada saat ia kehilangan ginjalnya yang sebelah kanan, lebih buruk dari semuanya yang pernah ia alami. Kami hanya bisa terus menghiburnya, memberinya kata – kata penguatan, dan menghapus air matanya. Tidak ada lagi yang bisa kami semua lakukan kecuali menangisi kepergian Jamie.
Kami memutuskan untuk kembali ke rumah kami masing – masing setelah acara liburan yang penuh malapetaka itu, kami mencoba untuk tetap tegar menjalani sisa hidup kami masing – masing, khususnya aku, yang terbiasa tidur sekamar dengan Jamie dan selalu terganggu oleh dengkurannya yang bagaikan petir menyambar itu. Kini aku hanya dapat merasakan kesepian yang amat dalam, aku hanya dapat terus meratapi dan mendoakan Jamie agar diterima di sisi-Nya.
Liburan natal telah usai, dan kami semua harus kembali masuk sekolah seperti biasanya. Aku, duduk di kelas 12 tahun ini, berarti setahun lagi aku akan melanjutkan ke universitas. Dan semua itu akan kulewati tanpa Jamie! Selama ini, Jamie yang terus menyemangatiku untuk terus sekolah, dan terus mengejar cita – citaku. Jamie termasuk anak yang jenius di kelas, hampir semua gelar akademik pernah diraihnya, bukan seperti aku ini yang hanya dapat mengacaukan semua yang telah direncanakan Jamie. Namun, ia tidak pernah marah padaku, Ia selalu memberiku nasihat – nasihat yang membuatku terus semangat untuk sekolah.
“Kringggggggg....”. Lonceng sekolah telah berbunyi. Ini saatnya kami untuk memulai hari – hari yang melelahkan dan penuh dengan tugas – tugas yang membuat kami cepat botak. Suasana kelas pagi itu cukup ramai seperti biasanya. Teriakan – teriakan sindiran pada guru selalu terdengar, dan sesekali akupun ikut tertawa. Tidak lama kemudian, Pak Dempsey masuk ke kelas dengan gaya khasnya. Pak Dempsey adalah guru sejarah kami, ia sangat disenangi murid – murid disini, kecuali kami, kelas 12. Kami tidak pernah bisa menerima perbuatan Pak Dempsey pada salah satu teman kami saat kami duduk di kelas 11. Ia menampar pipi Maddie sangat keras, hingga Maddie hampir saja pingsan. Sejak saat itu, kami tidak lagi menaruh simpati padanya.
Sementara Pak Dempsey mengajar, anak –anak yang lain terlihat mulai bosan dan mulai menggerutu. Kamipun juga begitu, Aku, Joy, Jerry, dan Mike. Kami mulai merencanakan hal –hal aneh yang biasa kami lakukan bersama Jamie. Salah satu teman sekelas kami, Bernard mulai membuat keonaran di kelas.
Pada saat istirahat, aku, Joy, Mike, dan Jerry bersama – sama menuju kantin untuk makan siang. Tiba – tiba, Bermard dan teman – temannya menghadang kami dan mulai menggoda Joy, merampok segala yang kami bawa saat itu, dan mengancam kami dengan ancaman – ancaman menakutkan. Saat itu kami hanya bisa terdiam dan pasrah menuruti apa yang mereka minta. Kami tidak berani untuk melawan mereka karena kami semua tahu siapa Bernard. Ayahnya seorang residivis penjara California dengan kasus pembunuhan massal. Kamipun akhirnya dapat sampai dengan selamat di kantin namun kehilangan barang – barang kami.
Esok harinya adalah upacara pemakaman Jamie, dan hampir semua teman – teman kami di Blossomville High School datang untuk memberikan rasa belasungkawa mereka, begitu pula dengan Bernard dan teman – temannya. Semula, aku menerima maksud baik mereka untuk ikut bersimpati atas meninggalnya Jamie, saudara kembarku. Setelah Pendeta membacakan doa – doa penghiburan, akhirnya tiba saatnya peti Jamie dikuburkan. Semua anggota keluargaku manengis terisak – isak, saat kami melihat jenasah Jamie menghilang dan masuk kedalam tanah. Rosemary, saudara sepupuku yang selama ini paling akrab dengan Jamie terlihat sangat sedih dan terus – menerus menangis. Sementara itu, Aku, Joy, Mike, dan Jerry mencoba tegar menghadapi semuanya, walaupun sesekali terasa air mataku menetes.
Setelah semua acara selesai, Bernard tiba – tiba mendatangiku. Kukira ia ingin menyampaikan rasa dukacitanya. Namun, dengan arogan Bernard berkata, “ Kasihan sekali saudaramu yang bau itu, aku tidak dapat membayangkan bagaimana jika kau tidak bersamanya lagi.” Lalu, dengan penuh emosi, aku mencoba melayangkan tinjuku ke wajahnya, namun ia dengan sangat santai menghindari tinjuku dan malah balik menyerangku bertubi – tubi. Akhirnya, Mike memisahkan kami berdua, ia sadar, tidak ada gunanya berurusan dengan orang macam Bernard. Namun aku tidak dapat menerima perkataannya yang sangat menyakitkan. Akupun berjanji pada diriku sendiri, “Aku akan membalasnya!”.
(Lima Bulan Kemudian)
Hari itu ialah hari perpisahanku dengan teman – teman di Blossomville High School. Aku sangat sedih harus berpisah dengan mereka semua, khususnya Joy, Mike, dan Jerry. Hari itu sangat amat panas dengan matahari yang berada tepat di atas kepala kami semua. Kami semua memutuskan untuk merayakan hari perpisahan kami dengan sebuah garden party yang direncanakan semuanya oleh siswa. Dan akupun termasuk orang yang mendukung pesta perpisahan dilakukan di ruang terbuka, karena menurutku hal itu lebih mudah dilakukan daripada kami harus repot – repot menyewa ballroom yang luas untuk bisa menampung semua siswa Blossomville High School.
Kembali aku terlibat masalah dengan Bernard dan teman – temannya. Mereka terus saja tidak henti – hentinya menertawakanku dan mengerjaiku dengan hal – hal yang membuatku terlihat konyol di mata teman – teman yang lain. Kali ini, mereka mengejek model pakaianku yang mereka bilang sangat mirip dengan badut, atau apalah yang menurut mereka lucu. Aku sudah tidak peduli dengan mereka lagi, karena aku berpikir, jika aku melawan mereka dan terus melawan, aku tidak akan mendapatkan apa – apa, malah mereka akan semakin senang mengejekku.
“Hooorayyy!!!”, teriakku di kelas saat hari pengumuman kelulusan. Aku berhasil lulus dengan sangat memuaskan. Semua nilaiku diatas rata – rata, tidak ada nilai merah sama sekali. Joy, Jerry, dan Mike juga sangat gembira, mereka semua lulus memuaskan. Namun, tidak dengan Bernard, dia gagal di mata pelajaran Matematika. Akupun mendatanginya dan mencoba menghiburnya. Ia terlihat sangat sedih. Mungkin karena adanya ancaman dari ayahnya bahwa jika Bernard tidak lulus tahun ini, ia akan dipekerjakan di tambang timah milik teman ayahnya.
Akhirnya, Bernard berniat untuk mengulang di kelas 12 agar dapat lulus dan melanjutkan ke universitas dan meraih cita –citanya. Dan, semenjak hari itu, Bernard meminta maaf pada semua orang yang pernah ia permainkan, termasuk aku. Aku sangat senang Bernard dapat berubah seperti itu, akupun menerima permintaan maafnya dan menyemangatinya.
Namun, ayah Bernard tidak menyetujui jika Bernard mengulang sekolahnya lagi. Menurutnya, Bernard lebih baik bekerja di tambang milik temannya saja. Aku, Joy, Mike, dan Jerry berniat untuk membantu Bernard untuk meyakinkan ayahnya bahwa Bernard benar – benar serius kali ini. Maka, kamipun memutuskan untuk mendatangi rumah Bernard dan meminta waktu untuk berbicara dengan ayahnya. Dengan kehebatan Jerry berbicara, akhirnya Bernard diijinkan untuk menglang sekolahnya, namun dengan syarat, Bernard harus dapat membiayai sekolahnya sendiri.
Kami mulai mencari cara untuk membantu Bernard memenuhi biaya sekolahnya. Namun, sayang sekali, Jerry harus meninggalkan kami semua karena ia akan melanjutkan kuliah di China, sesuai perintah ayahnya. Oleh karena itu, tinggal aku, Joy, Mike, dan tentu saja Bernard yang masih akan berada di Blossomville.
Sembari kuliah, aku mencoba untuk melamar pekerjaan part-time sebagai pelayan di beberapa restoran, begitu pula dengan Joy, dan juga Mike. Joy mencoba untuk menjadi seorang koki di sebuah restoran Italia yang cukup terkenal di Blossomville. Selain jago masak, Joy juga keturunan Italia, sehingga ia dapat membuat makanan khas Italia dengan baik. Begitu juga dengan Mike, ia mencoba untuk dapat bekerja di sebuah bengkel mobil yang cukup besar.

No comments:

The Suffering Self and The Desires of Our Hearts : What It Takes to Give Ourselves Up and Getting It Back

 “What makes you, you?” That’s the question I come across tonight, in the eve of the New Year’s Eve. Considering the passing year have been ...