Thursday, November 24, 2011

Listrik padam.

Udara sore yang cukup menyejukkan menerobos masuk bersama sinar matahari sore yang mulai jingga, dan wangi khas yang cukup kukenali, hasil dari ratusan ribu sore yang telah lewat. Tidak berubah. Akupun tidak, selalu menatap balok pipih berukuran sembilan belas inci yang memancarkan cahaya, sambil sesekali memunculkan huruf dan angka didalamnya. Bukan sihir, komputer namanya. Dari kananku terdengar samar - samar gemerisik ocehan penyiar berita televisi lokal ibukota paling kondang. Kadang terdengar suara desisan lembut, kadang berisik, dan kadang hening, kipas angin tua yang selalu setia berputar dari siang hingga malam yang nampaknya mulai kepayahan berputar dan ingin diam saja.

Khusus sore itu, aku terdiam. Hal yang tidak biasanya kulakukan, jemari yang tidak kuadukan dengan jajaran tombol hitam. Mata yang cuma tertuju pada satu titik, tanpa peduli ada apa disana, dan aku terbungkuk tanpa topangan sandaran bangku. Piksel demi piksel kutelusuri, berharap kutemukan sesuatu yang hidup, bukan hanya tulisan tak bernyawa atau gambar tak berjiwa. Sampai akhirnya, di piksel keseratus delapan puluh satu kutemukan sesuatu. Setitik merah, diantara ratusan ribu biru. Aha, ini yang kucari!

Kumundurkan badanku dari meja sambil terus memandangi titik yang sama. Tidak berubah, tetap saja merah. Dikelilingi biru. Kukedipkan mataku, sambil berharap merah itu hilang, tidak hilang. Gantian aku memandangi televisi yang sedang menayangkan kekerasan, lalu dengan cepat aku menoleh lagi ke layar sembilan belas inci itu. Masih ada. "Gila." pikirku.

Kamulah merah itu, menandingi biru. Memberhentikan aku pada seratus-delapan-puluh-satu percobaan yang kutempuh. Terus memantulkan sinarmu yang paling terang, memastikan kau tidak hilang dari tatapanku. Sampai akhirnya kucoba menyentuhmu. Tiba - tiba kau hilang, digantikan hitam. Listrik padam.

Friday, November 4, 2011

#randomthoughts

Saya bisa bilang kalau saya orang yang cukup peka, bukannya apa - apa, saya cuma bisa sedikit menebak - nebak maksud orang dalam perkataannya. Sedikit saja ya, biasanya maksud orang selalu tersirat dari air mukanya, kalau tidak tersurat dalam rangkaiannya. Sudah begitu, besarlah peluang untuk tersinggung, dari kata - kata orang dan maksudnya yang kadang menusuk, walaupun tidak secara gamblang dia katakan sih.

Tersinggung. Hmm, apa yang biasa kita lakukan kalau tersinggung? Diam saja, berontak, atau bicarakan dibelakang? :) Kalau saya, selama masih bisa diterima, saya akan cenderung diam, melihat lebih jauh apa yang bakal dia lakukan selanjutnya. Kalau akan mereda, tidak ada gunanya kan marah - marah? Ya, kecuali kalau setelah itu dia semakin senang, aku mungkin akan memilih diantara dua pilihan tersisa. Sejujurnya masih bingung pilih yang mana..

Permainan perasaan itu kadang menyenangkan, seringkali menyakitkan. Jangan permainkan perasaan siapapun untuk maksud apapun. Tidak akan berguna. Kalaupun berguna, itupun tidak serius. Kan cuma main - main :)

The Suffering Self and The Desires of Our Hearts : What It Takes to Give Ourselves Up and Getting It Back

 “What makes you, you?” That’s the question I come across tonight, in the eve of the New Year’s Eve. Considering the passing year have been ...